Bilirubin
Bilirubin
adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam
proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20%
bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat
bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah harus
diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati.(3:295)
Di
dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam
bentuk bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim
glukoroniltransferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam
bentuk monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat.
terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi kedalam sistem bilier. (3:295)
Bilirubin
berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh tubuh.
Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi.
Sewaktu zat ini beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai
berikut :
1. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi
2. Konjugasi enzimatik sebagai
bilirubin glukuronida
3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin
terkonjugasi ke dalam empedu untuk dikeluarkan dari tubuh
Konjugasi
intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin menyebabkan
bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut dalam
fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan
bilirubin terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam
sirkulasi (3:295)
Selain
bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian mengalami
oksidasi menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam
feses tetapi sebagian urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui
sirkulasi portal diserap oleh hati dan direekskresikan dalam empedu. Karena
larut air, urobilinogen juga dapat keluar melalui urin apabila mencapai
ginjal.(3:295)
Pembentukan
bilirubin
Dalam
keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari, eritrosit
mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat badan 70
kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per hari.
Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa.
Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam aminonya.
Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi mikrosom sel
retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme oksigenase yang
merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal pemecahan gugus
heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin, suatu tetrapirol
linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi
ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat
digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan
metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna hijau akan direduksi
oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH sehingga rantai metenil
menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan membentuk pigmen
berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar merupakan petunjuk
reaksi degradasi ini. (4:2)
Bilirubin
bersifat lebih sukar larut dalam air dibandingkan dengan biliverdin. Dalam
setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan tiap hari
dibentuk sekitar 250–350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan
hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein
lainnya. Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit
larut dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan diikat nonkovalen dan diangkut
oleh albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin
yang dapat diikat kuat pada albumin. Bilirubin yang melebihi jumlah ini hanya
terikat longgar hingga mudah lepas dan berdifusi ke jaringan. Bilirubin yang
sampai dihati akan dilepas dari albumin dan diambil pada permukaan sinusoid
hepatosit oleh suatu protein pembawa yaitu ligandin. Sistem transport
difasilitasi ini mempunyai kapasitas yang sangat besar tetapi penggambilan
bilirubin akan tergantung pada kelancaran proses yang akan dilewati bilirubin
berikutnya. Bilirubin nonpolar akan menetap dalam sel jika tidak diubah menjadi
bentuk larut. Hepatosit akan mengubah bilirubin menjadi bentuk larut yang dapat
diekskresikan dengan mudah kedalam kandung empedu. Proses perubahan tersebut
melibatkan asam glukoronat yang dikonjugasikan dengan bilirubin, dikatalisis
oleh enzim bilirubin glukoronosiltransferase. Hati mengandung sedikitnya dua
isoform enzym glukoronosiltransferase yang terdapat terutama pada retikulum
endoplasma. Reaksi konjugasi ini berlangsung dua tahap, memerlukan UDP asam
glukoronat sebagai donor glukoronat. Tahap pertama akan membentuk bilirubin
monoglukoronida sebagai senyawa antara yang kemudian dikonversi menjadi
bilirubin diglukoronida yang larut pada tahap kedua.
Metabolisme
Bilirubin
Hati
merupakan organ terbesar, terletak di kuadran kanan atas rongga abdomen. Hati
melakukan banyak fungsi penting dan berbeda-beda dan trgantung pada sistem
darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat khusus. Hati tertutupi
kapsul fibroelastik berupa kapsul glisson. Kapsul glisson berisi pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan saraf. Hati terbagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri.
Tiap lobus tersusun atas unit-unit kecil yang disebut lobulus. Lobulus terdiri
sel-sel hati, disebut hepatosit yang menyatu dalam lempeng. Hepatosit dan
jaringan hati mudah mengalami regenerasi. (3:216)
Hati
menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung oksigen)
yang mengalirkan darah ±500 ml/mnt dan vena porta (kurang kandungan oksigen
tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat toksik dan bakteri) yang menerima
darah dari lambung, usus, pankreas dan limpa; mengalirkan darah ±1000 ml/mnt.
Kedua sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid lalu
diteruskan ke vena sentralis ditiap lobulus. Dan dari semua lobulus ke vena
hepatika berlanjut ke vena kava inferior. Tekanan darah di sistem porta
hepatika sangat rendah, ±3 mmHg dan di vena kava hampir 0 mmHg. Karena tidak
ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena kava sehingga darah mudah
masuk dan keluar hati. Hati menjalankan berbagai macam fungsi terutama
metabolisme, baik anabolisme atau katabolisme molekul-molekul makanan dasar
(gula, asam lemak, asam amino) dilakukan oleh sel-sel hati. (3:216)
Bilirubin
merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak maupun air yang
berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme protein seluruh
tubuh. Sebagian besar ( kira- kira 80 % ) terbentuk dari proses katabolik
hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan sumsum
tulang. Disamping itu sekitar 20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain
yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan
fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan
demikian bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat
dipakai kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam
aminonya.(3:216-217)
Metabolisme
bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh enzim hemoksigenase
yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduksitase.
Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin yang sekresikan
ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma. Hepatosit adalah sel
yang dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya dengan asam glukoronat
menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam air masuk ke dalam
saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus oleh flora usus
bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang tak berwarna dan larut air,
urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian
terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil
diserap kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang
demikian mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil
yang masuk dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan
diekskresi bersama urin (3:217)
Metabolisme
Bilirubin di Hati
Metabolisme
bilirubin dalam hati dibagi menjadi 3 proses:
1. Pengambilan (uptake) bilirubin oleh
sel hati
2. Konjugasi bilirubin
3. Sekresi bilirubin ke dalam empedu
(5:2)
BILIRUBIN DIREK
Bilirubin
terkonjugasi /direk
Bilirubin
terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut dalam air
sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin
glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke
usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen.(6:1)
Bilirubin
terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk
azobilirubin. Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi
dapat disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain
Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic cholestasis,
Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis tersebut diperkuat
dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin dengan hasil negatif. (6:1)
Faktor
- Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Bilirubin Total
Dalam
suatu pemeriksaan bilirubin total, sampel akan selalu berbubungan langsung
dengan faktor luar. Hal ini erat sekali terhadap kestabilan kadar sampel yang
akan diperiksa, sehingga dalam pemeriksaan tersebut harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kadar bilirubin total dalam serum
diantaranya yaitu
a. Sinar
Stabilitas
bilirubin dalam serum pada suhu kamar tidak stabil dan mudah terjadi kerusakan
terutama oleh sinar, baik sinar lampu ataupun sinar matahari. Serum atau plasma
heparin boleh digunakan, hindari sampel yang hemolisis dan sinar matahari
langsung. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan penurunan kadar bilirubin
serum sampai 50% dalam satu jam, dan pengukuran bilirubin total hendaknya
dikerjakan dalam waktu dua hingga tiga jam setelah pengumpulan darah. Bila
dilakukan penyimpanan serum hendaknya disimpan di tempat yang gelap, dan tabung
atau botol yang berisi serum di bungkus dengan kertas hitam atau aluminium foil
untuk menjaga stabilitas serum dan disimpan pada suhu yang rendah atau lemari
pendingin (5:6)
b. Suhu Penyimpanan
Suhu
merupakan faktor luar yang selalu berhubungan langsung terhadap sampel, baik
saat penyimpanan maupun saat pemeriksaan. Pemeriksaan kadar bilirubin total
sebaiknya diperiksa segera, tapi dalam keaadaan tertentu pemeriksaan kadar
bilirubin total bisa dilakukan penyimpanan. Dengan penyimpanan yang benar
stabilitas serum masih stabil dalam waktu satu hari bila disimpan pada suhu 15
ºC-25ºC, empat hari pada suhu 2ºC-8ºC, dan tiga bulan pada penyimpanan -20ºC .
(DialineDiagnostik ). Lamanya sampel kontak dengan faktor-faktor di atas
berpengaruh terhadap kadar bilirubin didalam sampel sehingga perlu upaya
mengurangi pengaruh tersebut serta mengoptimalkan kadar bilirubin total di
dalam serum agar dapat bereaksi dengan zat pereaksi secara sempurna, sedangkan
reagen bilirubin total akan tetap stabil berada pada suhu 2-8ºC dalam keadaan
tertutup, terhindar dari kontaminan dan sinar. Dalam hal ini dapat dimungkinkan
bahwa penurunan kadar bilirubin dipengaruhi oleh kenaikan suhu dan pengaruh
sinar yang berintensitas tinggi .(5:7)